Sabtu, 17 November 2012

Wajar ilmuwan belum mau Pulang ke Indonesia

Mantan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) yang juga mantan Presiden Republik Indonesia ke 3 B.J. Habibie memaklumi adanya ilmuwan Indonesia yang memilih tinggal di luar negeri dan belum mau pulang ke negaranya, tanah air Indonesia. Namun demikian, bukan berarti mereka tidak cinta terhadap negaranya. Habibie yakin bahwa ilmuwan tersebut tetap cinta kepada tanah airnya, Indonesia.
Dalam kuliah umumnya di kota Aachen, Jerman, Sabtu (30/7), Habibie mengatakan, pada saat ia tinggal di Eropa, isunya sama: brain drain. Tapi, lanjut Habibie, kita realistis saja. Bagaimana orang pintar mau pulang ke Indonesia kalau tidak ada lapangan pekerjaan di Indonesia.
Habibie berbicara banyak soal IPTEK, ekonomi, brain drain, dan kenangan masa mudanya di kota teknik Jerman, Aachen. Antusiasme masyarakat (intelektual) Indonesia memang terlihat di acara ini. Sekitar 470 mahasiswa di daratan Eropa menyempatkan diri datang ke Aachen.
Dengan wajah segar, antusias dan penuh senyum. Ia memulai dua sesi kuliah umum dengan menceritakan pengalamannya berkuliah di Aachen pada tahun 1950-an. Ketika panitia mengisyaratkan bahwa waktu kuliah telah habis, kakek yang pandai melucu ini mengakui kekurangannya. “Kekurangan saya adalah, kalau sudah ngomong susah berhenti.”
Seorang mahasiswi sempat mempertanyakan kondisi pendidikan di Indonesia. Bagaimana mungkin kualitas sumber daya manusia Indonesia bisa ditingkatkan jika sekolah pun belum terjamin untuk semua anak Indonesia. Lalu, Habibie menanggapinya dengan ringan.
Habibie mengatakan, Indonesia kan punya banyak sekali sumber daya alam. Harusnya SDA itu yang dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemajuan otak manusianya. “Ya, jangan pesimis, dong. Nggak maju-maju kalau kita pesimis terus. Saya yakin Indonesia bisa. Soal kemampuan sih, nggak usah dipertanyakan lagi.”
Adanya anggapan brain drain bagi mereka yang masih tinggal di luar negeri, Habibie tak mencemaskan hal tersebut. “Bohong itu kalau ada yang bilang, orang Indonesia yang di luar negeri are lost people yang nggak punya nasionalisme,” ujar Habibie.
Menurut Habibie, pilihan yang realisitis untuk (sementara) bertahan di luar negeri adalah wajar. Apalagi untuk para ilmuwan, kondisi dalam negeri tidak mendukung mereka melakukan riset atau mengembangkan keahlian.
Tapi, Habibie yakin, jika ada kesempatan, mereka akan kembali dan berbakti kepada tanah airnya. “Tak ada orang Indonesia yang tidak ingin berbakti pada tanah air,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar