Perompak Somalia yang membajak kapal-kapal di Lautan India bertanggung
jawab atas kematian sedikitnya 35 sandera pada 2011, demikian sebuah
laporan badan maritim yang berpusat di AS, Jumat (22/6/2012).
Jumlah orang yang ditahan perompak turun menjadi sedikitnya 555 pada
2011 dari 645 pada 2010, kata laporan itu, yang dikeluarkan oleh Biro
Maritim Internasional dan Masa Depan Satu Bumi.
Menurut laporan itu, delapan orang dibunuh perompak saat ditangkap
atau dieksekusi selama penyekapan. Sementara itu delapan orang lagi
tewas akibat kekurangan gizi atau penyakit. Yang lain tewas selama upaya
penyelamatan oleh militer atau ketika berusaha melarikan diri.
Meski data kuat pada tahun-tahun sebelumnya terbatas, kematian 35
sandera itu dianggap sebagai jumlah yang paling tinggi sejauh ini
terkait kasus perompakan dalam waktu satu tahun.
Memang angka ini cuma perkiraan kasar, kata manajer proyek Kaija
Hurlburt kepada Reuters. Banyak dari kapal-kapal yang disandera perompak
adalah kapal tradisional yang tidak pernah dilaporkan. Kapal-kapal itu
biasanya membawa 12 hingga 20 orang setiap kali berlayar.
aporan itu mengatakan, sedikitnya 149 orang disandera selama lebih
dari setahun, dan 26 orang ditahan lebih dari dua tahun. Banyak dari
mereka yang dibebaskan mengaku disiksa seperti dipukuli, kuku dicabut
atau dibuang ke laut.
Lebih dari 40 persen dari mereka menyatakan bahwa pada tahapan
tertentu mereka digunakan sebagai tameng manusia, terutama ketika
perompak menggunakan kapal bajakan sebagai kapal induk untuk melancarkan
serangan-serangan baru. Sebagian besar sandera berasal dari
negara-negara berkembang seperti Filipina, India dan China serta
negara-negara Teluk dan Afrika.
Jumlah kematian di pihak perompak juga hampir pasti meningkat, dan
laporan-laporan menyebutkan bahwa sedikitnya 111 orang tewas pada 2011,
sekitar 70 persen dalam bentrokan dengan pasukan angkatan laut.
Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan
serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden
meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika
itu sejak 2008.
Menurut Ecoterra International, organisasi yang mengawasi kegiatan
maritim di kawasan itu, lebih dari 40 kapal asing dan lebih dari 500
pelaut hingga kini masih ditahan oleh perompak.
Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan
dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.
Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan
pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24
serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.
Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak
perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan — termasuk 68
pembajakan yang berhasil — dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta
dolar.
Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur
pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang
tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan
Teluk Aden.
Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang
menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya
hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka
semakin jauh ke Lautan India.
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah
perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang
yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut seorang
menteri Puntland.
Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi
pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang
membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan
kapal-kapal itu dan awak mereka.
Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.
Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak
panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad
Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan
juga melanda negara tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar